“Makanya, kita namai kebiasaan bagi-bagi bubur ayam ini dengan Jumat Barokah (berkah). Mudah-mudahan saja rezeki saya dari berjualan bubur ayam ini, berkah,” ujar Hendi Heryadi.
DARA | BANDUNG – Banyak cara yang dilakukan orang untuk berbuat kebajikan disaat kondisi perekonomian lagi terpuruk. Mulai dari membagi-bagikan sembako, memberikan nasi kotak ataupun memberikan uang tunai pada warga yang kurang mampu.
Lain halnya dengan Hendi Heryadi (53), salah seorang pedagang bubur ayam yang setiap harinya berjualan di depan rumahnya, Jalan Raya Cipanji, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Setiap Jumat pagi, ia rela menggratiskan dagangannya bagi warga sekitar ataupun orang yang lewat daerahnya.
Hendi, yang biasa dipanggil Abah Acong ini mengungkapkan, gerakan menggratiskan bubur ayam itu semata-mata dirinya ingin mencari berkah dari hasil jualannya.
“Makanya, kita namai kebiasaan bagi-bagi bubur ayam ini dengan Jumat Barokah (berkah). Mudah-mudahan saja rezeki saya dari berjualan bubur ayam ini, berkah,” ujar Hendi saat ditemui di tempat jualannya, Jumat (3/7/2020).
Setiap Jumat, sekitar 70-100 mangkuk bubur ayam yang biasa ia hargakan Rp8.000 per mangkok/porsi itu diberikan secara cuma-cuma. Selain para pelanggan, ada juga diantaranya para tukang ojeg pangkalan atau sopir angkot yang ikut menikmati bubur ayam buatannya.
Bahkan siapapun yang datang ke tempatnya, Hendi layani tanpa terkecuali. Pelanggan atau bukan pelanggan, sepanjang mau menikmati hidangan itu, ia berikan dengan catatan langsung datang sendiri ke tempat jualannya.
Selama seminggu full, Abah Acong berjualan dibantu istrinya. Pada pagi-pagi, warung dibuka sejak pukul 07.00-10.00 WIB, kemudian buka kembali pada sore hari mulai pulul 16.00-22.00 WIB.
Untuk urusan harga, ia tidak mematok terlalu mahal. Satu mangkuk bubur standar hanya Rp8.000, jika ditambah hati ampela ayam jadi Rp15.000.
“Alhamdulillah, walaupun baru lima mingguan buka (jualan), pelanggannya sudah lumayan banyak. Ya antara 60 atau 70 mangkuk habislah,” ungkapnya.
Dirinya mengaku bersyukur, karena dagangannya bisa laris manis. Padahal semula, ia berjualan bubur lebih bersifat coba-coba saja.
Kemungkinan berdatangannya pelanggan lewat promosi dari mulut ke mulut saja. Ia mengaku tidak memiliki strategi khusus untuk urusan promosi.
“Inilah berkahnya, dari Jumat Barokah. Semoga saja jadi amal kebaikan buat saya dan keluarga,” harapnya.***
Editor: Muhammad Zein