Pasca diguyur hujan deras, air sungai Cimeta meluap dan mengakibatkan banjir bandang.
DARA | Banjir bandang itu terjadi di Kampung Cibarengkok RW3, RW13 dan RW14 Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Rabu dini hari (27/3/2024).
Puluhan rumah terendam dan empat jembatan dilaporkan ambruk tergerus derasnya aliran air sungai Cimeta.
Ada tiga rumah yang terendam dan mengalami rusak parah, yakni rumah milik lah Carsiah, Asep Sudarya dan Iday Endi Supriadi.
Bahkan, lah Carsiah, kehilangan sepeda motor yang raib entah kemana.
Sementara itu, berdasarkan catatan dari Desa Nyalindung, warga yang terdampak banjir bandang di RW03 sebanyak lima kepala keluarga (KK) terdiri dari 25 jiwa. Kemudian di RW13, ada 8 KK dengan 19 jiwa. Sedangkan RW14, sebanyak 8 KK ada 25 jiwa.
Kepala Desa Nyalindung, Oo Supriatna mengatakan, peristiwa meluapnya Sungai Cimeta sekitar pukul 02.30 WIB, saat hujan terus menerus hingga mengakibatkan banjir bandang.
Selain merendam rumah penduduk, lanjut kades banjir bandang juga mengakibatkan empat jembatan rusak, diantaranya jembatan yang berada di RW13 dan RW14.
“Bahkan, jembatan penyebrangan di RW14 hanyut tidak berbekas. Padahal, jembatan itu dibeton,” ujar kades.
Kades memaparkan, banjir bandang 10 tahun lalu sempat terjadi. Namun, banjir bandang kali ini yang cukup dasyat. Ketinggian air sekitar 1,5 -2 meter masuk ke dalam rumah warga.
Kades Oo menduga meluapnya air Sungai Cimeta ada kemungkinan akibat tersendatnya sebuah tanggul di sekitar itu yang dibuat salah satu kolam pemancingan.
“Namun untuk lebih pastinya, Dinas PUTR yang harus melakukan pengkajian secara teknis. Ini hanya perkiraan kasar saja,” ujarnya.
Pantauan wartawan dara.co.id, jembatan di RW 14 yang tersapu air sungai itu tidak terlihat bekasnya. Walaupun air sungai sudah surut, namun alirannya masih cukup deras.
Di beberapa rumah, yang berada di pinggir sungai, masih nampak guratan bekas genangan air sekitar 2 meter.
Sementara, untuk menjangkau belasan rumah di sebrang yang terputus lantaran jembatannya menghilang, harus melewati jalan setapak yang dibuat secara dadakan.
Aparat desa, yang mengantarkan logistik, maupun relawan yang ikut membersihkan rumah warga, agak kesulitan melintas di jalan itu karena licin dengan bahaya aliran sungai di bawahnya.
“Saya balik lagi, tadi mau ke sana. Takut tergelincir, itu kan jalan baru terus licin. Paling bapak-bapak saja yang ngantar makanan buat warga di situ,” ucap salah seorang anggota PKK Desa Nyalindung.***
Editor: denkur