DARA | BANDUNG – Sastrawan sekaligus budayawan Ajip Rosidi telah berpulang ke rahmatullah, Rabu lalu, 29 Juli 2020 karena sakit dan sempat dirawat di RS Tidar Magelang, Jawa Tengah.
Sosok Ajip Rosidi terrnyata meninggalkan secuil kenangan bagi DR Burhanudin Abdullah, mantan
Gubernur Bank Indobesia. Berikut penuturanya
Saya mengenal almarhum kang Ajip Rosidi belum lama. Sekitar 15-16 tahun, ketika saya mengundang almarhum untuk bicara soal budaya bangsa di depan seluruh pegawai Bank Indonesia.
Ada beberapa kali BI mengundang beliau didampingi oleh pembicara-pembicara lainnya. Salah satu yang saya ingat ketika almarhum bicara sebagai pembicara utama didampingi Herlina Supeli, filsup dari Univ Driyarkara.
Waktu itu almarhum masih menjadi profesor di Jepang.
Saya adalah pengagum almarhum. Kagum karena karya-karya tulisannya yang bernas dan sangat banyak.
Kekaguman saya bertambah setelah membaca otobiografinya yang berjudul “Hidup tanpa Ijasah”.
Almarhum adalah orang besar. Budayawan yang sulit mencari penggantinya. Ikon budaya masyarakat sunda. Lurus, tegar, berani adalah sikap hidup kesehariannya.
Terakhir ketemu beliau sekitar empat bulan lalu di esteler di kawasan Blok M di Jakarta. Kami sering ketemu di situ sekadar untuk mengobrol.
Pada pertemuan terakhir itu saya ingat dengan jelas beliau mengatakan:“akang deuk ka Pabelan heula. Deuk rada lila. Euceuna oge deuk ngilu,” (akang mau ke Pabelan dulu. Agak lama, Euceu juga mau ikut).
Harita oge asa geus beda rarasaan. Boa-boa! (Saat itu pun sudah beda rasa).
Selamat jalan Kang ke alam kebadian. Insya Allah almarhum husnul khatimah. Maaf saya nggak sempat menemui di Pabelan.***
Editor: denkur