Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) Jawa Barat (Jabar), Banten, dan DKI Jakarta, mendesak agar pemerintah dan Pertamina segera menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, sejak beberapa pekan terakhir harga minyak mentah dunia jatuh, bahkan sempat minus.
DARA| BANDUNG- Ketua HLKI Jabar, Banten, dan DKI Jakarta, Firman Turmantara Endipradja mengatakan, sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia dan Vietnam, sudah menurunkan harga BBM sejak beberapa hari lalu.
“Sampai saat ini belum ada tanda-tanda harga BBM di Indonesia, baik subsidi maupun nonsubsidi, akan turun,” ujarnya dilansir pikiranrakyat, Padahal, khusus untuk BBM nonsubsidi, sesuai ketentuan, harganya mengikuti mekanisme pasar. Artinya, jika harga minyak mentah dunia naik, otomatis harga BBM nonsubsidi di dalam negeri ikut naik.
“Sebaliknya, jika harga minyak mentah dunia turun, otomatis harga BBM nonsubsidi dalam negeri juga harus turun,” tutur Firman.
Kondisi tersebut, menurut dia, jauh berbanding terbalik dengan saat harga minyak mentah dunia naik. Harga BBM nonsubsidi di dalam negeri langsung dinaikkan tanpa menunggu waktu lama.
“Pertanyaannya, kenapa saat harga minyak dunia turun, harga BBM nonsubsidi tidak segera turun? Jika benar harga BBM nonsubsidi ditentukan berdasarkan mekanisme pasar, seharusnya sudah turun sejak jauh-jauh hari,” ujarnya.
Selain itu, menurut dia, turunnya harga BBM nonsubsidi sejatinya sangat realistis. Pasalnya, selain harga minyak dunia turun, permintaan BBM di dalam negeri juga anjlok akibat kebijakan work from home (WFH) dan school from home (SFH).
Apalagi, dikatakan Firman, untuk harga BBM subsidi yang memang diperuntukan bagi masyarakat tidak mampu. Seharusnya harganya sudah sejak jauh-jauh hari diturunkan pemerintah.
“Dengan tidak menurunkan harga BBM, artinya pemerintah telah menghalangi hak rakyat dalam mendapatkan harga BBM yang semestinya. Seharusnya dalam kondisi darurat seperti sekarang, pemerintah meringankan beban rakyat dengan menurunkan harga BBM,” katanya.
Upaya tersebut, menurut dia, dapat mengurangi beban ekonomi rakyat dalam menghadapi Covid-19. Ia juga mengatakan, penurunan harga BBM merupakan amanat konstitusi yang harus dijakankan pemerintah untuk mensejahterakan rakyat.
“Faktanya, selama ini pemerintah melalui Pertamina memposisikan diri sebagai pelaku usaha dan rakyat sebagai konsumen. Tidak heran jika yang jadi prioritas adalah mencari keuntungan, bukan pelayanan publik/kesejahteraan rakyat,” ujar Firman.
Seperti diketahui, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 96 sen atau 4,7 persen ke posisi 21,33 dolar Amerika Serikat (AS) per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik 2,72 dolar AS atau 19,7 persen 16,50 dolar AS per barel.
Indonesia Crude Oil (ICP)/harga minyak mentah Indonesia lebih cenderung mengikuti pergerakan Brent ketimbanh WTI. Saat ini, rerata harga Brent masih cukup anteng di level 27 dolar AS per barel.