Rohayati (47) warga Kampung Kepuh, RT 2/RW 11, Desa/Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, tinggal di rumah panggung yang kondisinya miring bahkan nyaris ambruk.
DARA | BANDUNG – Kondisi rumah Rohayati jauh dari kata mewah. Hanya dibangun dengan material kayu dengan dinding terbuat dari bilik. Tak nampak ada barang-barang mewah selain televisi 14 inch yang gambarnya pun tak jelas-jelas amat.
Rohayati bercerita, kerusakan pada rumah panggung itu saat hujan deras beberapa bulan lalu. Ia yang tengah berada di rumah orangtuanya yang tak jauh dari rumahnya, kaget saat melihat rumahnya sudah dalam kondisi miring.
“Ya awalnya saat hujan deras, bulan November tahun lalu. Pas saya cek ternyata rumahnya sudah miring. Genting atap sebelah kiri juga berjatuhan,” kata Rohayati saat ditemui di kediamannya, Kamis (19/3/2020).
Ia mengatakan, rumah itu dibangun pada 2012 lalu hasil bantuan dari pihak desa. Namun, material bangunan yang digunakan hanyalah bambu dan kayu bekas hingga akhirnya tak bisa bertahan lama.
“Sekarang rumah ini hanya ditempati saat siang hari saja, kalau malam saya tidur di rumah orangtua karena kalau ada hujan dan angin takutnya ambruk,” ucapnya.
Dulunya, rumah Rohayati dibangun di atas tanah milik keponakannya, namun karena tanah tersebut akan dibangun rumah, dia terpaksa harus pindah ke tanah di sebelahnya yang saat ini ditempati.
“Kalau rumah yang sekarang tanahnya milik ibu saya. Pindah ke sini tahun 2012 dengan bahan-bahan dari sisa rumah saya yang dulu. Jadi memang material bekas yang dipakai,” bebernya.
Janda Rohayati saat ini tak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap. Ia baru mendapatkan uang apabila ada tetangga yang minta bantuan untuk mencuci. Karena hal itu pula, ia tak punya modal untuk memperbaiki sendiri rumahnya.
“Sudah ada yang survey ke sini dan sudah diminta KTP dan KK. Katanya mau diperbaiki tapi hingga saat ini belum ada kepastian. Malahan sudah sering rumah ini difoto-foto. Kalau bisa bilang, mau diperbaiki syukur, tidak juga biarin saja,” tuturnya.
Di rumah tersebut, dia tinggal di bersama anak bungsunya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD dan satu cucunya. Anak keduanya berada di Jakarta untuk bekerja dan anak pertamanya tinggal di Cianjur bersama keluarganya.
“Kalau untuk memperbaiki rumah belum bisa, jadi saya berharap ada bantuan karena semua persyaratannya sudah saya berikan ke pihak desa,” tutupnya.***
Editor: Maji