Yenny Wahid: Agama Berpotensi Kendalikan Perubahan Iklim

Jumat, 13 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yenny Whid. Foto: menlhk.go.id

Yenny Whid. Foto: menlhk.go.id

Agama berpotensi mengendalikan perubahan iklim, karena sekitar 80 persen umat manusia saat ini memeluk agama. Jika seluruh umat manusia meneruskan gaya hidup saat ini, yang boros emisi GRK, maka bencana iklim seperti banjir akan terjadi.

 

 

DARA | MADRID – Agama berpotensi menggerakkan umat manusia untuk mengendalikan perubahan iklim. Terbukti, melalui sejumlah aksi nyata di berbagai belahan dunia.

Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, menyatakan hal iru seusai menjadi pembicara pada Konferensi Perubahan Iklim COP25 UNFCCC, di Paviliun Indonesia, Madrid, Spanyol, awal pekan ini.

Menurut dia, agama memiliki kekuatan untuk menggerakkan manusia pada hal-hal yang sifatnya abstrak. Sebut saja, lanjut dia, soal surga dan neraka yang secara fisik tidak diketahui.

Di sisi lain, dia menyebutkan, perubahan iklim yang secara nyata terjadi, belum mampu menggerakkan umat manusia secara masif untuk melakukan aksi mencegah pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk itu, Yenny mengajak mengoptimalkan peran agama dan umatnya.

“Saya mengajak semua untuk hijrah melakukan tindakan untuk pengendalian perubahan iklim,” katanya, dilansir menlhk.go.id.

Masih menurut Yenny, upaya menggerakkan umat manusia agar beraksi dalam pengendalian perubahan iklim keliru jika hanya menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan. Seharusnya, lanjut dia, umat manusia juga disentuh hati dan perasaannya agar melakukan aksi konkrit.

Kemampuan menyentuh emosi umat manusia itulah yang dimiliki oleh agama. “Tidak bisa hanya sekadar fakta, harus sentuh juga emosinya,” ujar dia.

Dia menuturkan, selama ini kerap ada pertentangan antarkelompok beragama dengan pihak yang mengagungkan ilmu pengetahuan. Ia menyebutkan, dalam pembahasan soal asal-usul manusia.

Kelompok yang percaya manusia berevolusi dari kera kerap bertentangan dengan konsep penciptaan manusia yang diajarkan oleh agama. Namun pastinya, lanjut Yenny, jika seluruh umat manusia meneruskan gaya hidup saat ini yang boros emisi GRK, maka bencana iklim seperti banjir akan terjadi.

“Ketika saat itu terjadi, tidak ada perahu Nabi Nuh yang akan menolong kita,” katanya.

Besarnya potensi agama dalam pengendalian perubahan iklim, menurut dia juga, ia  karena sekitar 80 persen umat manusia yang ada di bumi saat ini memeluk agama. Yenny menyaranakn, agar peran agama bisa optimal, maka organisasi keagamaan dan para pemuka agama harus dilibatkan sebagai pihak dalam pengendalian perubahan iklim.

Mereka juga harus mendapat edukasi dan difasilitasi, sehingga memahami apa penyebab dan dampak perubahan iklim. “Pemimpin keagamaan bisa menyebarkan dakwah baru tentang ancaman perubahan iklim.”

Apalagi, ia menambahkan, berbagai agama di dunia sesungguhnya mengajarkan tentang perlunya menjaga lingkungan hidup. Dalam ajaran Islam, ada konsep manusia sebagai khilafah- khilafah yang harus mengambil kepemimpinan dalam menjaga bumi.

Dalam agama Sikh, konsep tersebut juga ada dan harus dilakukan oleh semua pengikutnya. Ia menyebutkan, saat ini sudah banyak aksi nyata yang dilakukan oleh kelompok umat beragama.

Yenny mencontohkan saat menghadiri pertemuan ulama-ulama di Oman, dibahas tentang fikih (hukum Islam) penghematan air. Dia menuturkan, banyak juga sinagog yang kini menerapkan penghematan energi dan memanfaatkan energi bersih.

Sementara gereja-gereja banyak yang berinvestasi pada proyek yang berdampak pada pengendalian perubahan iklim. Menurut Yenny, fenomena keterlibatan kelompok beragama dalam pengendalian perubahan iklim juga terjadi di Indonesia.

Dua organisasi umat Islam terbesar di Indonesia telah menjalin kerjasama dengan KLHK. Kedua organisasi tersebut, lanjut Yenny, NU dan Muhammadiyah, kerap melakukan aksi yang bermanfaat bagi lingkungan hidup seperti menanam mangrove, mendaur ulang sampah, dan tidak menggunakan plastik sekali pakai.

Dia berharap peran seperti itu bisa terus diperkuat. “Kita beruntung kerja sama antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan di Indonesia erat,” katanya.***

Editor: Ayi Kusmawan

Berita Terkait

Perang Iran–Israel: Ancaman Strategic Miscalculation dan Potensi Tragedi Global
Satu Abad Pers Revolusioner Vietnam: Wartawan Juga Prajurit
KRI Bung Tomo-357 Singgah di Sri Lanka Menuju Latihan Multinasional AMAN-25
Polri dan RCMP Perkuat Kerja Sama, Tingkatkan Kapasitas Lawan Kejahatan Transnasional
Menlu RI : Inovasi dan Digitalisasi Harus Jadi Penggerak Ekonomi Formal dan Global di Kawasan
Indonesia Kembali Ikuti Bursa Pariwisata di London Perkuat Capaian Kunjungan Wisman
Dua Bulan Terakhir Serangan Israel ke Libanon Menewaskan 85 Petugas Medis
Pilpres AS, Joe Biden Mundur, Dukungan Beralih Buat Kamala Harris, Donald Trump Berkoar Begini
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 22 Juni 2025 - 17:53 WIB

Perang Iran–Israel: Ancaman Strategic Miscalculation dan Potensi Tragedi Global

Jumat, 20 Juni 2025 - 09:52 WIB

Satu Abad Pers Revolusioner Vietnam: Wartawan Juga Prajurit

Minggu, 2 Februari 2025 - 15:47 WIB

KRI Bung Tomo-357 Singgah di Sri Lanka Menuju Latihan Multinasional AMAN-25

Rabu, 4 Desember 2024 - 14:35 WIB

Polri dan RCMP Perkuat Kerja Sama, Tingkatkan Kapasitas Lawan Kejahatan Transnasional

Jumat, 15 November 2024 - 15:35 WIB

Menlu RI : Inovasi dan Digitalisasi Harus Jadi Penggerak Ekonomi Formal dan Global di Kawasan

Berita Terbaru

JABAR

Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Cisewu Garut

Kamis, 26 Jun 2025 - 17:29 WIB

Foto: Istimewa

BANDUNG UPDATE

Pemdaprov Jabar dan TNI AD Teken Komitmen Bersama, Ini Isinya

Kamis, 26 Jun 2025 - 17:18 WIB