Kampung Peci Langonsari Eksis Sejak Era Kemerdekaan

Rabu, 24 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perajin peci hitam asal Kampung Langonsari, Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Gamal Azhar (47), menekuni usahanya pada 1992 meneruskan usaha ayahnya sejak 1945. Foto: dara.co.id/Muhammad Zein

Perajin peci hitam asal Kampung Langonsari, Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Gamal Azhar (47), menekuni usahanya pada 1992 meneruskan usaha ayahnya sejak 1945. Foto: dara.co.id/Muhammad Zein

PECI hitam atau songkok menjadi penutup kepala yang banyak dipakai dan menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Bahkan tak hanya di Indonesia, peci hitam juga banyak dipakai oleh masyarat di beberapa negara seperti Malaysia, Brunei Darusalam, dan negara-negara lainnya.

Di Kampung Langonsari, Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terdapat sentra pembuatan peci hitam yang turut mewarnai sejarah peci dari masa kemasa di Indonesia. Sejak lama Kampung Langonsari dikenal sebagai sentra perajin peci hitam.

Di kampung ini terdapat puluhan orang pekerja penjahit peci, yang bekerja di lima orang perajin atau pemilik usaha pembuatan peci. Kelima perajin tesebut, ialah HM Toha Manis, Harmonis, Melati, Tiga Negeri, dan Mutiara.

Produksi peci dari kelima produsen ini bisa mecapai sekitar 60 ribu potong peci yang dijual ke semua pulau di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.

Perintis usaha pembuatan peci di kampung ini, ialah almarhum ayah saya, HM Toha Manis. Dulu sekitar tahun 1945-an, awalnya hanya memperbaiki peci lalu mencoba membuat peci dari bahan seadanya.

“Nah tahun 1960-an, ayah mulai serius menggeluti usaha ini dengan membuat dan menjual langsung,” ujar salah seorang perajin dan penerus usaha peci HM Toha Manis, Gamal Azhar (47), saat ditemui di rumahnya, Rabu (24/7/2019).

Gamal menuturkan, awalnya sang ayah hanya membuat beberapa potong dan dibawa ke Jakarta. Lambat laun, order dari toko grosir di Jakarta terus meningkat.

Dari toko di Jakarta inilah peci hitam HM Toha Manis buataan ayahnya tersebar keseluruh Indonesia dan juga ke Malaysia, Brunei Darusalam, hingga ke Nigeria.

Menurut Gamal, saat itu ayahnya memperkerjakan sekitar 60 orang karyawan yang merupakan warga sekitar dan sebagian dari Tasikmalaya. Dari sana lah asal mulai Kampung Langonsari dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan peci hitam di Indonesia.

Para perajin di tempat ini membuat peci hitam dengan jenis hitam polos dan juga motif gliter salur. Para pekerja ini ada yang kemudian buka usaha sendiri.

Begitu juga setelah ayahnya meninggal, anak-anak almarhum melanjutkan usaha ini. “Saya sendiri meneruskan usaha ini sejak 1992 lalu. Nah dari almarhum ayah saya lah mulai berkembangnya usaha pembuatan peci di kampung ini sampai sekarang,” kenangnya.

Peci hitam hasil produksi warga di Kampung Langonsari ini, lanjut dia, terbilang merajai pasar peci dalam negeri kecuali di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Harga jual yang kompetitif dengan kualitas yang bagus, membuat peci hitam buatan warga Kampung Langonsari mendapat tempat di hati para penggemarnya.

Tidak heran, para perajin di kampung ini tak pernah kesulitan untuk memasarkan peci hitam buatannya. Bahkan, seringkali ia kewalahan dan tak bisa memenuhi pesanan yang membludak seperti setiap bulan puasa hingga lebaran.

“Alhamdulilah pesanan tidak pernah sepi. Saya rasa perajin lainnya juga di sini sama yah. Nah, selain kami sudah punya pasar dan pelanggan masing-masing, kalau salah satu dari kami dapat pesanan dalam jumlah besar, dikerjakan oleh semua perajin di sini. Tapi dengan merek dagang dari yang punya orderan,” katanya.

Sampai sejauh ini, para perajin peci di Kampung Langonsari itu tak mengalami kendala dalam hal produksi. Bahan baku berupa kain beludru dan bahan kain lainnya banyak di pasaran.

Hambatan yang lambat laun dirasakan oleh para perajin adalah mulai sulitnya tenaga kerja. Saat ini, generasi muda di kampung itu lebih tertarik bekerja di sejumlah pabrik yang banyak tersebar di Kabupaten Bandung.

“Selain itu, yang kami perlukan adalah bantuan di bidang pemasaran produk. Itu saja kesulitan kami, kalau soal bahan baku cukup banyak baik impor maupun lokal,” katanya.***

Wartawan: Muhammad Zein | Editor: Ayi Kusmawan

 

 

 

Berita Terkait

PWI Jabar Dukung Kongres Persatuan
KDM Libatkan TNI AL Jaga Sungai dan Laut Jawa Barat
Bangkitkan Kembali Fungsi Kentongan, Warnai Jambore Satlinmas Bandung Barat 2025
PT Kaffah Sentral Indonesia Lahirkan Inovasi Tepung Praktis untuk Kue dan Roti Berkualitas Premium
KBB Dijadikan Kick Off Layanan KB Serentak Tingkat Jabar
Mantap, PWI Kang Awing Gelar OKK
Jeje Ritchie Ismail Lantik Tujuh Kades, Begini Pesannya
Pemerintah Siapkan Internet 100 Mbps untuk Sekolah dan Puskesmas Blank Spot
Berita ini 25 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 25 Juni 2025 - 19:42 WIB

PWI Jabar Dukung Kongres Persatuan

Rabu, 25 Juni 2025 - 19:34 WIB

KDM Libatkan TNI AL Jaga Sungai dan Laut Jawa Barat

Rabu, 25 Juni 2025 - 11:54 WIB

PT Kaffah Sentral Indonesia Lahirkan Inovasi Tepung Praktis untuk Kue dan Roti Berkualitas Premium

Selasa, 24 Juni 2025 - 17:11 WIB

KBB Dijadikan Kick Off Layanan KB Serentak Tingkat Jabar

Selasa, 24 Juni 2025 - 16:35 WIB

Mantap, PWI Kang Awing Gelar OKK

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

BANDUNG UPDATE

PWI Jabar Dukung Kongres Persatuan

Rabu, 25 Jun 2025 - 19:42 WIB

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan halalbihalal dengan Keluarga Besar Paguyuban Pasundan di Mandala Saba dr. Djoendjoenan Gedung Paguyuban Pasundan Kota Bandung, Sabtu (12/4/2025).(Foto: biro adpim)

BANDUNG UPDATE

KDM Libatkan TNI AL Jaga Sungai dan Laut Jawa Barat

Rabu, 25 Jun 2025 - 19:34 WIB