Mau tiadak mau, Pemkot Bandung harus mendatangkan bahan pangan dari luar kota untuk menenuhi kebutuhan juataan warganya. Karena itu, pihaknya akan memngeduksi ketahanan pangan bagi warga usia sekolah.
DARA | BANDUNG – Untuk memenuhi kebutuhan pangan 2,4 juta warganya, Pemkot Bandung memasok 96% bahan pangan dari luar kota. Sebagai kota metropolitan, Kota Bandung minim lahan pertanian.
Karena itu, Wali Kota Bandung, Oded M. Danial, menilai, ketahanan pangan menjadi isu yang tak boleh diabaikkan. “Apalagi jika mengingat ada potensi inflasi dan kenaikan harga jika pasokan dan permintaan tidak seimbang,” katanya, saat berkunjungan ke Kantor Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, kemarin.
Ia meminta Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung melakukan langkah-langkah taktis agar kota ini memiliki ketahanan pangan yang mumpuni. Minimal bisa mengurangi ketergantungan pasokan dari daerah lain.
Oded meminta agar mengutamakan pelibatan warga dengan upaya pendidikan ketahanan pangan. Salah satu program adalah urban farming.
Saat ini, lanjut dia, sudah ada pasokan produk urban farming yang dijual, sehingga bernilai ekonomi. Namun Oded menilai, upaya tersebut masih kurang masif.
Perlu diketahui, pada kondisi normal, setiap hari warga Kota Bandung membutuhkan 120 ton telur yang sebagian besar dipasok dari Blitar dan Priangan Timur. Sedangkan kebutuhan daging ayam bisa mencapai 600.000 ekor per hari yang dikirim dari wilayah Priangan Timur.
Sementara kebutuhan daging sapi bisa mencapai 80 ekor perhari, itupun 97% masih impor dari Australia. Tak hanya bertani, Oded juga ingin memperkenalkan anak sekolah dengan peternakan.
Tujuannya, agar para siswa juga paham proses pengolahan bahan pangan dari hulu hingga hilir. Dengan mengetahui proses tersebut, para siswa dapat memahami proses pengelolaan makanan, mencintai lingkungan, dan menyayangi binatang.
Lebih jauh, secara jangka panjang diharapkan mereka bisa lebih bijak dalam menyikapi keterbatasan sumber pangan. Mereka akan dididik agar memiliki karakter yang mendukung kemandirian pangan.
“Kita ingin menyentuh edukasi ini ke semua lapisan, dari mulai anak sekolah sampai orang tua,” ujarnya.
Gagasan itu ia kembangkan dengan menginstruksikan Dispangtan Kota Bandung untuk menyediakan pasokan bibit tanaman dan hewan yang mudah dikembangbiakkan oleh siswa usia sekolah. Oded memilih tanaman pangan seperti cabai, selada, pakcoy, dan tanaman sayuran lain untuk bisa dibagikan kepada para siswa.
Sedangkan untuk hewan, Oded memilih ayam karena paling mudah untuk merawat dan mengembangkbiakannya. “Mereka akan diedukasi bagaimana cara memelihara belajar berternak. Supaya kelak mereka punya jiwa entrepreneur dan jiwa menyayangi kepada binatang,” katanya.
Oded pun akan melakukan uji coba sebelum program ini betul-betul diimplementasikan. Uji coba akan dilakukan di wilayah pinggiran Kota Bandung dengan mengoordinasikan jajaran kewilayahan dan sekolah di area tersebut.
Ia lantas memilih 5-10 siswa di setiap sekolah untuk melaksanakan kegiatan berkebun dan berternak.***
Editor: Ayi Kusmawan