DARA | BANDUNG — Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, didampingi Bupati Bandung, H Dadang M, Naser, meninjau beberapa lokasi di seputar pembangunan Terowongan Nanjung di Desa Nanjung Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/11).
Lokasi yang mereka kunjungi di Sungai Mati Citarum (Oxbow Daraulin) dan Terowongan Air Nanjung. Di sela peninjauan tersebut, gubernur dan bupati menggelar pertemuan dengan warga setempat.
Tujuan pertemuan itu, menurut gubernur, selain menampung aspirasi warga setempat, juga berdialog dan mengajak masyarakat bersama-sama melihat perkembangan pembangunan terowongan tersebut. “Kita datang ke sini sengaja mengundang perwakilan warga untuk melihat progres-progres dari usaha pemerintah, yang pada tahun ini ada 16 proyek. Dari 16 proyek, proyek terbesar adalah pembangunan Terowongan Nanjung ini. Pembangunan ini bertujuan untuk mengurangi potensi banjir, baik dari skala kecil, menengah hingga skala besar,” katanya.
Di Terowongan Nanjung, lanjut dia, ada dua jalur untuk mengalirkan air yang sering melambat di daerah Curug Jompong, yang sering kali membuat buangan air itu balik kanan. ‘’Karena berkelok-kelok dan banyak batu besar sehingga air yang deras dari arah selatan ini mengalir menjadi penyempitan.”
Ia menyebutkan, total nilai proyek itu sekitar Rp300 miliar, mulai dikerjakan dari April 2018 dan diperkirakan selesai pertengahan Desember. Ia berharap awal tahun 2020 sudah bisa difungsikan.
“Mudah-mudahan masyarakat Jabar yang terdampak banjir bisa mendukung apa yang dilakukan pemerintah saat ini. Kita sudah optimal, tapi tidak ada istilah jaminan bebas banjir ya, karena bagaimanapun urusan air adalah fenomena alam. Jadi tugas manusia adalah dengan ilmunya, berikhtiar mengurangi potensi kebencanaan,” katanya pula.
Dadang Naser mengingatkan masyarakat sepanjang bantaran sungai dari hulu Sungai Citarum, di Cisanti sampai Muaragembong, Bekasi bersama-sama mendukung upaya pemerintah ini dengan cara tidak buang sampah ke sungai. “Satu orang membuang sampah langsung ke sungai mungkin masih dapat dikendalikan. Namun jika berjuta-juta orang yang melakukan tentunya akan menjadi masalah. Warga juga harus ikut membantu, minimal mengubah prilakunya untuk ikut berperan dan bertanggungjawab dalam pengurangan sampah yang ada di Sungai Citarum.”
Menurut bupati salah satu hal yang belum ideal dalam penanganan banjir adalah kolam-kolam retensi atau embung-embung. Salah satu upaya Pemkab Bandung dalam menangangi banjir, lanjut Dadang adalah pembebasan lahan di wilayah Rancaekek. Saat ini, kata Dadang sedang di-soundingkan dengan Tegalluar, karena di kawasan Kotabaru Tegalluar itu harus ada embung-embung. “Diperkirakan harus ada tiga, dan itu bisa lebih dari 50 hektar untuk kawasan kolam retensi. Kolam ini untuk cadangan air baku ketika kemarau dan pengendalian banjir ketika hujan.***
Editor: Ayi Kusmawan